Indonesia Hadapi 133,4 Juta Upaya Serangan Siber di 2025
Ancaman siber terhadap Indonesia tetap menjadi isu krusial. Sebuah laporan terbaru dari AwanPintar.id, platform intelijen ancaman siber nasional, mengungkap data yang signifikan. Dalam laporan bertajuk “Indonesia Waspada: Laporan Ancaman Digital di Indonesia Semester 1 Tahun 2025,” tercatat ada 133,4 juta upaya serangan siber yang terdeteksi di Tanah Air selama periode Januari hingga Juni 2025.
Angka ini menunjukkan penurunan yang sangat drastis jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pada semester I 2024, AwanPintar.id mencatat angka fenomenal 2,49 miliar serangan. Lonjakan di tahun 2024 tersebut diyakini dipicu oleh momen Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.
Meskipun jumlah total serangan menurun, Founder AwanPintar.id, Yudhi Kukuh, menegaskan bahwa ini bukan berarti Indonesia kini lebih aman. Sebaliknya, ancaman telah berevolusi.
“Penurunan ini bukan berarti Indonesia lebih aman dari tahun sebelumnya. Sebab, tipe serangan siber kini lebih canggih dan dirancang sedemikian rupa supaya bisa mengelabui sistem,” tegas Yudhi.
Laporan tersebut merinci bahwa mayoritas serangan (68,37%) adalah jenis "Generic Protocol Command Decode". Ini adalah metode yang sering digunakan peretas sebagai langkah awal untuk menguji kerentanan sistem, seringkali dalam bentuk serangan Distributed Denial of Service (DDoS).
Jenis serangan signifikan lainnya yang tercatat adalah anomali sistem berbahaya (22,25%) dan percobaan pembocoran data (4,66%).
Dari sisi asal serangan, laporan memetakan bahwa China menjadi negara kontributor serangan terbesar ke Indonesia (12,87%), diikuti oleh Indonesia sendiri (9,19%) dan Amerika Serikat (9,07%). Fakta bahwa Indonesia berada di tiga besar sumber serangan menunjukkan bahwa ekosistem siber nasional juga rentan dari dalam negeri, seringkali karena perangkat di Indonesia terinfeksi dan dijadikan proxy (jalur) oleh peretas luar.
Tidak mengherankan, Jakarta tetap menjadi target utama serangan, menanggung 58,83% dari total serangan siber nasional, mengingat perannya sebagai pusat pemerintahan, ekonomi, dan infrastruktur digital.
Riset ini juga menyoroti dua ancaman yang perlu diwaspadai:
-
Kebangkitan Botnet Mirai: Botnet ini kembali aktif dengan menargetkan perangkat Internet of Things (IoT) seperti kamera CCTV dan router yang jarang diperbarui, untuk dijadikan "tentara" serangan DDoS.
-
Peningkatan Eksploitasi CVE: Terdapat 1.632 celah keamanan baru (Common Vulnerabilities and Exposures) yang ditemukan selama semester I 2025, yang menjadi "pintu terbuka" bagi peretas jika tidak segera ditambal (patch).
Laporan ini menegaskan bahwa meski volume serangan menurun pasca-pemilu, lanskap ancaman digital Indonesia justru berevolusi menjadi lebih kompleks dan tersembunyi.
Reference : https://cyberhub.id/berita/ancaman-digital-2025-serangan-siber-ri
