Kelompok Peretas 'RevengeHotels' Kini Gunakan Kecerdasan Buatan (AI) untuk Menyerang Industri Perhotelan

Kelompok Peretas 'RevengeHotels' Kini Gunakan Kecerdasan Buatan (AI) untuk Menyerang Industri Perhotelan

Kelompok Peretas 'RevengeHotels' Kini Gunakan Kecerdasan Buatan (AI) untuk Menyerang Industri Perhotelan

Dunia keamanan siber kembali digemparkan dengan evolusi taktik serangan dari kelompok peretas terkenal, 'RevengeHotels'. Laporan terkini dari Indonesia Computer Security Incident Response Team (ID-CSIRT) mengungkapkan bahwa kelompok ini telah mengadopsi Kecerdasan Buatan (AI) sebagai senjata baru untuk menargetkan industri perhotelan secara lebih efektif dan merusak.

 

Serangan ini menandai babak baru dalam ancaman siber, di mana efisiensi dan kecanggihan AI dimanfaatkan untuk tujuan kriminal, meningkatkan risiko kebocoran data sensitif milik jutaan tamu hotel di seluruh dunia.

 

Evolusi Serangan: Dari Metode Konvensional ke Otomatisasi AI

 

 

Siapa itu 'RevengeHotels'?

 

'RevengeHotels' bukanlah pemain baru. Kelompok ini dikenal karena operasinya yang menargetkan secara spesifik sektor perhotelan. Misi utama mereka adalah mencuri data kartu kredit dan informasi pribadi (Personally Identifiable Information/PII) dari para tamu yang tersimpan dalam sistem manajemen hotel. Data ini kemudian dijual di pasar gelap atau digunakan untuk berbagai tindakan penipuan.

 

Sebelumnya, serangan mereka banyak bergantung pada spear-phishing—email yang dirancang khusus untuk menipu karyawan hotel agar membuka lampiran berbahaya atau mengklik tautan palsu. Namun, metode ini seringkali memakan waktu dan bergantung pada kelalaian manusia.

 

 

Bagaimana AI Mengubah Permainan?

 

Dengan mengintegrasikan AI, 'RevengeHotels' berhasil meningkatkan skala dan kecepatan serangan mereka secara signifikan. Menurut analisis ID-CSIRT, AI digunakan dalam beberapa fase serangan:

 

  1.  

    Pembuatan Email Phishing yang Lebih Meyakinkan: AI generatif dimanfaatkan untuk membuat email palsu yang jauh lebih personal dan bebas dari kesalahan tata bahasa yang biasanya menjadi ciri khas email phishing. Email ini bisa meniru gaya bahasa vendor atau mitra hotel dengan sangat akurat, sehingga sulit dideteksi oleh karyawan yang paling waspada sekalipun.

     

  2.  

    Otomatisasi Pencarian Celah Keamanan: AI digunakan untuk memindai jaringan hotel secara otomatis dan terus-menerus, mencari celah keamanan seperti software yang belum diperbarui atau konfigurasi sistem yang lemah. Proses yang tadinya membutuhkan waktu berhari-hari kini dapat diselesaikan dalam hitungan jam.

     

  3. Pengembangan Malware Adaptif: Laporan tersebut juga mengindikasikan penggunaan malware yang ditenagai AI. Malware ini mampu belajar dan beradaptasi dengan lingkungan sistem keamanan hotel, menghindari deteksi dari antivirus, dan mencari jalur paling efektif untuk mencapai data berharga.

     

 

Dampak Serangan dan Solusi yang Mendesak

 

Serangan yang ditenagai AI ini membawa dampak yang jauh lebih merusak. Risiko kebocoran data kartu kredit, informasi paspor, dan riwayat perjalanan tamu menjadi semakin tinggi. Bagi industri perhotelan, insiden semacam ini tidak hanya mengakibatkan kerugian finansial yang besar akibat denda dan tuntutan hukum, tetapi juga hilangnya kepercayaan pelanggan yang sulit untuk dibangun kembali.

Menghadapi ancaman canggih ini, ID-CSIRT merekomendasikan beberapa langkah mitigasi yang harus segera diadopsi oleh pelaku industri perhotelan:

 

  • Peningkatan Kesadaran Karyawan: Mengadakan pelatihan keamanan siber secara berkala yang spesifik membahas ancaman phishing berbasis AI.

  • Adopsi Keamanan Berbasis AI: Melawan api dengan api. Perusahaan perlu mengadopsi sistem pertahanan siber yang juga menggunakan AI untuk mendeteksi anomali dan pola serangan yang tidak biasa.

  • Manajemen Patch dan Celah Keamanan: Memastikan semua perangkat lunak dan sistem selalu diperbarui dengan patch keamanan terbaru.

 

Kesimpulan

 

Pemanfaatan AI oleh kelompok 'RevengeHotels' adalah sebuah peringatan keras bagi seluruh industri, khususnya sektor perhotelan, bahwa ancaman siber terus berevolusi. Metode pertahanan konvensional tidak lagi cukup untuk menghadapi serangan yang cerdas dan otomatis. Sudah saatnya perusahaan berinvestasi pada teknologi keamanan proaktif dan membangun budaya keamanan yang kuat untuk melindungi aset digital dan kepercayaan pelanggan mereka.

Sumber: https://csirt.or.id/berita/ai-senjata-baru-serang-industri-hotel