Serangan Siber Melonjak di Indo-Pasifik, Peneliti Peringatkan Ancaman Serius!
Serangan siber di kawasan Indo-Pasifik dilaporkan meningkat tajam. China, Korea Utara, serta aktor negara lainnya disebut gencar meluncurkan operasi digital untuk memperluas pengaruh dan membentuk ulang tatanan regional melalui serangan siber dan operasi informasi.
Para analis keamanan siber dari Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Filipina menyampaikan pada Senin lalu bahwa pemerintah di kawasan tengah berupaya memperkuat pertahanan, sementara China terus mencari celah kerentanan digital di tengah ketegangan yang kian meningkat dengan Amerika Serikat. Sejak 2023, jumlah serangan siber meningkat hingga 300%, dengan penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk membuat deepfake dan operasi pengaruh, ungkap Sherin Ona, Associate Professor di De La Salle University.
“Sebagian besar serangan ini menargetkan lembaga pemerintah dan institusi pendidikan,” jelas Ona dalam acara yang digelar Center for a New American Security (CNAS) mengenai penguatan kemitraan siber di Indo-Pasifik. “Ini adalah upaya yang terencana dengan baik – serangan siber ofensif dipadukan dengan disinformasi dan operasi pengaruh jahat.”
Rekomendasi Laporan CNAS
Acara CNAS ini merupakan tindak lanjut dari penelitian selama satu tahun yang melibatkan riset, kunjungan lapangan, dan lokakarya pakar di kawasan Indo-Pasifik. Hasil laporan menunjukkan bahwa sebagian besar negara masih berada di tahap awal dalam membangun ketahanan siber.
Laporan tersebut mendorong Amerika Serikat untuk:
- Meluncurkan “cyber shield” bagi sekutu.
- Memperluas kerja sama militer siber dengan Taiwan.
- Memimpin strategi regional untuk infrastruktur digital yang tangguh.
Selain itu, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Filipina juga diminta menerapkan standar praktik terbaik keamanan siber di pemerintahan, memasukkan anggaran pertahanan siber secara prioritas, serta meningkatkan kesadaran publik mengenai kaitan serangan siber dengan keamanan nasional. CNAS juga merekomendasikan agar pemerintah memperjelas kerangka hukum dan kebijakan untuk memungkinkan tim siber Amerika Serikat beroperasi di garis depan.
Tantangan di Korea Selatan dan Peran Sektor Swasta
Duyeon Kim, Senior Fellow di program keamanan Indo-Pasifik CNAS, menekankan bahwa meskipun pemerintah Korea Selatan telah menyatakan komitmen, langkah konkret yang lebih proaktif masih sangat dibutuhkan. Menurutnya, operasi siber yang didukung Korea Utara masih berlanjut dengan berbagai tingkat keberhasilan, sehingga Korea Selatan dipaksa mengadopsi postur siber ofensif sejak 2024.
“Untuk negara yang sangat terkoneksi seperti Korea Selatan, praktik terbaik ini belum diterapkan secara luas sebagaimana seharusnya,” ujar Kim. Ia juga menyoroti bahwa sektor swasta perlu memperluas peran dan anggaran demi memperkuat keamanan nasional.
“Saat ini, kendali keamanan siber masih terpusat pada pemerintah. Beberapa perusahaan bahkan iri dengan model di Amerika Serikat, di mana perusahaan teknologi bisa memegang peran utama,” tambahnya.
Peran Amerika Serikat
Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara Indo-Pasifik meningkatkan kerja sama dengan aparat penegak hukum AS untuk menangkal serangan asing. AS sendiri juga mengadopsi pendekatan yang lebih ofensif, termasuk menonaktifkan kampanye peretasan Volt Typhoon asal China pada 2023 yang menargetkan infrastruktur vital AS dan Indo-Pasifik.
CNAS mendesak AS untuk memperkuat Bureau of Cyberspace and Digital Policy di Departemen Luar Negeri yang dinilai efektif mengangkat isu digital dalam kebijakan luar negeri. Namun, reorganisasi biro tersebut justru menimbulkan kekhawatiran karena dapat melemahkan diplomasi siber dan menghambat koordinasi dengan mitra global.
Selain itu, CNAS merekomendasikan peningkatan operasi siber gabungan dengan Taiwan, termasuk pengiriman tim “hunt forward” sesuai otorisasi pertahanan tahun fiskal 2024. AS juga didorong memprioritaskan pendanaan sebesar USD 300 juta untuk kemampuan pertahanan siber melalui Taiwan Security Cooperation Initiative, serta memperluas latihan siber bersama Jepang dan Korea Selatan.
Pemerintah di kawasan Indo-Pasifik telah mengambil langkah historis untuk memperkuat ketahanan di tengah lanskap siber yang semakin kompleks, bergejolak, dan berbahaya,” tulis laporan CNAS. Namun, upaya tersebut masih dinilai belum mampu mengimbangi meningkatnya ancaman. Diperlukan strategi regional yang lebih solid, peran aktif sektor swasta, serta kolaborasi erat dengan Amerika Serikat untuk memastikan keamanan digital di Indo-Pasifik.
IT’S TIME! INDONESIA PRIDE!
See the Different, Expect the Best!
Saatnya tunjukkan skill, jadi bagian dari Merah Putih Cyber Defender with VELSICURO-CYBER RANGES!
VELSICURO-CYBER RANGES platform latihan siber kelas dunia!
✅ Hands-on Simulation
✅ Cyberdrill
✅ 900+ Real-World Scenarios
✅ Certified Experts
Hubungi VelSicuro:
🌐 www.cyberranges.velsicuro.com
✉️ hub@velsicuro.co.id
☎️ 0878 9090 8898
Source: https://www.govinfosecurity.com/cyberattacks-surging-across-indo-pacific-researchers-warn-a-29023
#VelSicuro #CyberRanges #CyberDefenderIndonesia #IndonesiaGemilang #KeamananSiber #GenerasiDigital #LatihanSiber #CyberSecurity #BanggaIndonesia